Fuji vs Sony Real World comparison
Sigma 35mm f/1.4 Art vs Fuji 23mm f/1.4
Imlek lalu saya
berkesempatan untuk melakukan sedikit uji kamera, karena kebetulan ada saudara
yang baru saja membeli lensa Fuji 23mm f/1.4, dan saya ada lensa Sigma 35mm
f/1.4 Art (mount canon). Kedua lensa ini terkenal tajam dan bisa dipakai untuk
focus ke jarak yang lumayan dekat, bisa mumpuni untuk all round lens.
On Lunar New Year
last month I got the chance to do some basic camera test comparison between
Fuji and Sony. Since a relative just got a new lens, Fuji 23mm f/1.4 and
coincidentally I have the perfect lens to be compared to, Sigma 35mm f/1.4 for
Canon which I attach to my Sony A7 using adapter. Both lens are renowned for
their sharpness and a good minimum focus distance which makes it suitable for
an all rounder lens for the test.
Straight Out Of Camera
Dengan pengecualian dua foto udang
goreng di bagian paling bawah, semua hasil foto yang saya tampilkan di sini
adalah langsung dari kamera, tanpa merubah apapun di tahap post processing.
Semua parameter di kedua kamera diset
sama, untuk foto makanan difoto hand held tanpa menggunakan tripod sedangkan
yang foto interior menggunakan tripod.
Untuk melihat ukuran yang lebih besar,
bisa klik tiap foto
With the
exception of the fried shrimp photo way bellow, all shots are done with the
same settings on both cameras (ISO, Shutter Speed, Aperture), without changing anything on post processing.
The food
photos are hand held, while the outdoor one are taken with camera mounted on a
tripod.
To see in bigger size, please click on the photos
Kenapa membandingkan dengan
Sigma 35mm dan Fuji 23mm, bukannya focal lengthnya beda?
Sigma 35mm ini dipakai di
Sony A7 yang full frame, sedangkan Fuji 23mm dipakai pada Fuji XT1 yang
sensornya APS-C.
Hasil akhir fotonya adalah sama di kisaran 35mm untuk keduanya, karena ukuran sensor APS-C yang lebih kecil dari full frame, lensa 23mm ini dikonversi menjadi 35mm (23 x 1.5 = 34.5mm)
Hasil akhir fotonya adalah sama di kisaran 35mm untuk keduanya, karena ukuran sensor APS-C yang lebih kecil dari full frame, lensa 23mm ini dikonversi menjadi 35mm (23 x 1.5 = 34.5mm)
Why use
Sigma 35mm vs Fuji 23mm, isn't it a different focal length?
The Sigma
35mm lens is used on a full frame Sony A7, while the Fuji 23mm is on the Fuji
XT1 which uses APS-C sensor.
The end result is the same at about 35mm for both system, since the Sigma 35mm stays as 35mm when used on a full frame sensor, while in the APS-C sensor, Fuji is converted with 1.5x factor, to a 34.5mm focal length.
The end result is the same at about 35mm for both system, since the Sigma 35mm stays as 35mm when used on a full frame sensor, while in the APS-C sensor, Fuji is converted with 1.5x factor, to a 34.5mm focal length.
Kuo Tiek (Maximum Aperture at f/1.4)
Fuji XT1 & Fuji 23mm f/1.4 (ISO 400, 1/30s, f/1.4) |
Sony A7 & Sigma 35mm Art (ISO 400, 1/30s, f/1.4) |
1. angka ISO di Fuji yang riil lebih rendah dibandingkan di Sony (ISO variance)
2. atau lensa Fuji aperture riil-nya lebih redup daripada Sigma, misalnya tertulis f/1.8 di setting, tapi angka sebenarnya f/1.9. Hal ini lumrah karena memang angka-angka tersebut dibuat dengan perkiraan paling mendekati.
Aperture : bukaan lensa, contohnya f/2.8 - 32, bukaan lensa terlebar f/2.8 dan terkecail f/32. Hasil f/2.8 paling terang di spesifikasi tersebut, tapi daerah yang focus paling minim & background blur (bokeh) nya paling maksimum.
Though
both camera are set in the same manners, the Fuji seems to produce an
underexposed result in comparison to Sony's. Usually it's due to one of this
two reasons or both :
1. ISO variances on the cameras, where Fuji ISO is in
reality lower than of Sony's
2. Fuji lenses real aperture are lower than that of
Sigma's (on Sony camera), where's an f/1.8 on a setting would really produce a
f/1.9. Do note that this is not a defect, rather it's a common practice where
lens manufacturer would describe their lens maximum aperture number as an
approximate rather than using an exact number.
Contoh di bawah ini (DXO Mark) adalah lensa Sigma 50mm f/1.4 Art, salah satu lensa terbaik dari Sigma. Dipasarkan sebagai lensa dengan aperture terlebar f1/4, dari pengujian di DXO, ditemukan aperture riil-nya hanya f/1.7.
Lensa Zeiss 50mm f/1.4 Otus, yang harganya 50jt pun, aparture riil nya hanya f/1.6
This
bellow screen capture taken from DXO Mark are a good example.
Sigma
50mm f/1.4 Art is one of the best lens that Sigma produce, and yet their real
aperture (transmission) is at f/1.7.
Even the
venerable Zeiss 50mm f/1.4 Otus which cost a whopping $4000 have a transmission
(real aperture) of f/1.6
Though
both camera are set in the same manners, the Fuji seems to produce an
underexposed result in comparison to Sony's. Usually it's due to one of this
two reasons or both :
1. ISO variances on the cameras, where Fuji ISO is in
reality lower than of Sony's
2. Fuji lenses real aperture are lower than that of
Sigma's (on Sony camera), where's an f/1.8 on a setting would really produce a
f/1.9. Do note that this is not a defect, rather it's a common practice where
lens manufacturer would describe their lens maximum aperture number as an
approximate rather than using an exact number.
This
bellow screen capture taken from DXO Mark are a good example.
Sigma
50mm f/1.4 Art is one of the best lens that Sigma produce, and yet their real
aperture (transmission) is at f/1.7.
Even the
venerable Zeiss 50mm f/1.4 Otus which cost a whopping $4000 have a transmission
(real aperture) of f/1.6
Sigma 50mm f/1.4 Art (DXO Mark) |
Apakah artinya lensa Sigma 35mm art lebih bagus daripada Fuji 23mm?
Tidak juga, memang salah satu parameter uji lensa di transmisi cahaya yang ditangkap, seperti bisa dilihat di atas (transmission) tapi ada parameter Ketajaman (sharpness), Distorsi, Vignete dan Abraksi Kromatis.
Di luar parameter teknis di atas, ada lagi dua hal yang biasanya menentukan bagus / tidaknya lensa, terutama dari penilaian subyektif (selera) fotografer, yaitu :
Tidak juga, memang salah satu parameter uji lensa di transmisi cahaya yang ditangkap, seperti bisa dilihat di atas (transmission) tapi ada parameter Ketajaman (sharpness), Distorsi, Vignete dan Abraksi Kromatis.
Di luar parameter teknis di atas, ada lagi dua hal yang biasanya menentukan bagus / tidaknya lensa, terutama dari penilaian subyektif (selera) fotografer, yaitu :
- Bokeh - bagian yang out of focus, semakin lembut semakin baik, karena tidak mengganggu subyek utamanya.
- Warna - sebagian lensa warnanya lebih kebiruan/cold (Nikon, Tamron) sedangkan sebagian lagi lebih orange / warm (Canon, Sigma), di antara keduanya ada Zeiss dan Sony. Ini tentunya pengamatan saya secara kasual. Menurut selera pribadi, saya paling suka dengan warna zeiss untuk outdoor dan cahaya terang, sedangkan untuk indoor dengan cahaya artifisial dan low light, Sigma (yang tipe Art)
Does this means Sigma 35mm art is better lens compared to Fuji
23mm?
Not necessarily so, since transmission is only one of the parameters they compare in DXO Mark, and there are other qualities that one seeks from a lens.
Not necessarily so, since transmission is only one of the parameters they compare in DXO Mark, and there are other qualities that one seeks from a lens.
Outside of those parameters in DXO mark which are objective, there
are other subjective values too, two of them that comes in mind are :
- Bokeh
- The out of focus rendered by a lens, the softer it is the better, since
it doesn't interfere with the main subject of a photo.
- Color
- Some lens are a bit blueish / cold (Nikon and Tamron) while other are
yellowish / warm (Canon and Sigma), in between there's Zeiss and Sony.
This are of course a casual observation on my part. For me personally, I
like the Zeiss color best for outdoor portrait with decent lighting, while
Sigma (Art line) seems to suit my preferences in low light and indoor with
artificial lighting.
Soup (Speedlight / Flash used)
Sony - Fuji (ISO 320, 1/30s, f/1.8) |
Siomay & Rice Vermicelli (Speedlight / Flash used)
Sony A7 & Sigma 35mm Art (ISO 320, 1/30s, f/1.8) |
Fuji XT1 & Fuji 23mm f/1.4 (ISO 320, 1/30s, f/1.8) |
Silakan disimpulkan sendiri
dari hasil di atas, mana yang lebih sesuai selera.
Menurut saya keduanya sama
bagusnya dengan karakteristik masing-masing.
Untuk harga, keduanya sama di kisaran $900, tapi Fuji, seperti yang saya jabarkan di post Pilih mana Fuji Vs Sony, semuanya masih menggunakan sensor APS-C dan lensanya pun hanya didesain untuk APS-C, sedangkan lensa Sigma tersebut, didesain untuk sensor full frame.
Untuk harga, keduanya sama di kisaran $900, tapi Fuji, seperti yang saya jabarkan di post Pilih mana Fuji Vs Sony, semuanya masih menggunakan sensor APS-C dan lensanya pun hanya didesain untuk APS-C, sedangkan lensa Sigma tersebut, didesain untuk sensor full frame.
Please
draw your own conclusion from the shot above.
For me
both lens and cameras produce a similarly good image with their own
characteristic.
Price-wise
they're the same at about $900, despite that, the Fuji ones are made for APS-C
camera, while Sigma Art line were designed to work with full frame cameras.
Outdoor
Sony A7 & Sigma 35mm Art (ISO 100, 1/250s, f/2.8) |
Fuji XT1 & Fuji 23mm f/1.4 (ISO 100, 1/250s, f/2.8) |
Different Apertures (indoor) :
Foto di bawah ini diambil
dalam kondisi dalam ruangan dan pencahayaan yang minim. Keduanya difoto dalam
dua bukaan lensa (aperture) berbeda, f/2.8 dan f/5.6. Hasil foto di bukaan
besar (2.8) ada sedikit light leak.
Seperti foto-foto di atas,
Fuji cenderung lebih underexposed walau parameter keduanya sama persis.
Penilaian saya dari melihat
hasil foto f/2.8, sepertinya beda kedua sistem ini ada di lensanya, di mana
lensa Sigma (di Sony A7) bukaan riil-nya lebih besar dibandingkan Fuji, pada
setting aperture yang sama.
Below is
the indoor shots taken on a poor light condition. Both lens were shot at two
different apertures, one is at f/2.8 while the other in f/5.6. There's a bit of
light leak on them.
Just as
pictured above, there's a bit of underexposure from the Fuji, even though the
settings are exactly the same as Sony's.
Judging
from the f/2.8 photo, I suspect that the differences between both system is in
the lens aperture, where's Sigma lenses (on Sony A7) have larger real aperture
on given settings.
Sony A7 & Sigma 35mm Art (ISO 2000, 1/40s, F5.6) |
Fuji XT1 & Fuji 23mm f/1.4 (ISO 2000, 1/40s, F5.6) |
Sony A7 & Sigma 35mm Art (ISO 1000, 1/40s, F2.8) |
Fuji XT1 & Fuji 23mm f/1.4 (ISO 1000, 1/40s, F2.8) |
Post Processed Image
Foto komparisi terakhir ini dilakukan dengan mengolah hasil foto melalui software.
Berhubung foto aslinya sedikit gelap saya mencoba menaikkan brightness dan exposurenya di PC.
Saya menggunakan file RAW di sony, sedangkan di Fuji menggunakan file JPEG. Alasannya adalah saya belum terbiasa mengolah file RAW di kamera fuji, jadi daripada menghasilkan komparisi yang berat sebelah, saya coba sekalian membandingkan RAW vs JPEG antara dua kamera berbeda ini, tentunya hasil RAW lebih unggul karena memilki headroom yang lebar untuk koreksi warna dan exposurenya.
This last
comparison is done with post processing.
I
corrected the exposure and brightness of both cameras using post processing
software on PC.
For the
Sony I used RAW file, while Fuji are in JPEG, this of course wouldn't be a fair
comparison, and I'm just using this as a information on the differences between
JPEG and RAW rather than the cameras.
The
reason behind this is I'm not really proficient in post processing a Fuji RAW,
and my post processing software would be tuned to give advantages to Sony in
the process.
Post Processed SONY Raw - Post Processed FUJI Jpeg (ISO 320, 1/30s, f/2) |
JPEG vs JPEG
Sedangkan untuk foto kedua,
lebih cocok untuk digunakan sebagai perbandingan antara kedua sistem kamera.
Saya memproses foto dari kedua kamera ke file JPEG, Fuji langsung dari kamera
dengan proses koreksi otomatis dari JPEG engine di prosesor kamera Fuji.
Sedangkan Sony dari RAW
file saya upload ke PC lalu di konversi ke JPEG tanpa merubah
parameternya.
Dari hasil JPEG yang belum
diedit tersebut kemudian saya koreksi secara maksimal di software photoshop,
dan dua foto ini adalah hasilnya.
Dengan kedua proses di atas, seharusnya Fuji
memiliki sedikit keunggulan karena adanya proses koreksi otomatis di kamera /
Jpeg.
Posisi hasil foto fuji dan sony di foto bawah ini terbalik dari yang atas karena proses auto-collage di google photos yang saya belum bisa rubah.
Posisi hasil foto fuji dan sony di foto bawah ini terbalik dari yang atas karena proses auto-collage di google photos yang saya belum bisa rubah.
For the
second comparison, the playing field is more even.
I post
processed the JPEG end result of both cameras, where the Fuji is literally
straight out of camera JPEG, hence already getting an automated post processing
on the camera JPEG engine.
While the
Sony is from a RAW file, uploaded to a PC and then directly converted to JPEG
without any editting.
From the
final untouched JPEGs of both camera, I try to correct them as best as I could
in photoshop software, and both photo bellow are the end result.
Using the
method above, the Fuji result should have some slight advantage compared to
Sony.
Take note thought that in the picture bellow, the position of Sony and Fuji is reversed from the above photo. Due to auto collage feature in Google Photos which I can't yet customize.
Take note thought that in the picture bellow, the position of Sony and Fuji is reversed from the above photo. Due to auto collage feature in Google Photos which I can't yet customize.
Post Processed FUJI JPEG - Post Processed SONY JPEG (ISO 320, 1/30s, f/2)
Reversed position from aboce pict |
Pembaca bisa menarik konklusinya sendiri untuk menyimpulkan mana yang paling disukai.
Kalau menurut saya, Fuji
unggul di kemudahan penggunaan, relatif lebih ringan karena ukuran sensor lebih
kecil sehingga lensa juga tidak perlu besar diameternya, dan terakhir tidak
perlu banyak post processing karena hasil JPEG out of the camera yang
lebih kekinian warnanya (under-saturated dan purple tint) sedangkan JPEG Sony
walau bagus, tapi seleranya lebih old school (contrasty).
Di sisi lain, Sony memiliki
teknologi paling matang, bahkan sensor di Fuji pun disediakan oleh Sony. Walau
demikian Fuji lebih berani karena sudah memakai anti alias filter dan filter
warna di sensor yang revolusioner (X-trans).
Kamera sony juga ada yang tanpa anti alias filter tapi harganya cukup tinggi, A7r dan A7rII
Sedangkan untuk pilihan lensa, walau berat saya lebih nyaman dengan investasi di lensa full frame sony yang sudah format sensor terbesar untuk jenis kamera dslr / mirrorless (yang lebih besar lagi medium format dan large format).
Kamera sony juga ada yang tanpa anti alias filter tapi harganya cukup tinggi, A7r dan A7rII
Sedangkan untuk pilihan lensa, walau berat saya lebih nyaman dengan investasi di lensa full frame sony yang sudah format sensor terbesar untuk jenis kamera dslr / mirrorless (yang lebih besar lagi medium format dan large format).
Ditambah lagi harga antara lensa
Fuji yang APS-C tidak berbeda jauh dengan Sony yang full frame.
Saya juga lebih suka
kemudahan untuk edit RAW di Sony yang didukung software capture one.
Fuji sendiri ada file RAW
tentunya, tapi relatif lebih ribet karena faktor software pendukung.
Thus
the comparison of both popular brand with both lens and camera at the same
price level albeit one being a full frame while the other an APS-C camera.
Readers can draw their own conclusions based on the images posted.
For me personally, I found Fuji to be easier to use for newcomers to photography, since it used a better ergonomics and button layout, as well as being lighter in weight. Straight out of the camera JPEG tend to be more in line with the trend being purplish and under saturated, while Sony's approach is more contrasty and old school
Readers can draw their own conclusions based on the images posted.
For me personally, I found Fuji to be easier to use for newcomers to photography, since it used a better ergonomics and button layout, as well as being lighter in weight. Straight out of the camera JPEG tend to be more in line with the trend being purplish and under saturated, while Sony's approach is more contrasty and old school
On the
other hand Sony has a more mature system in form of Full Frame cameras with
great lenses.
Price
wise there isn't a big difference between Sony's full frame lens and Fuji Aps-C
lens, hence for me Sony is a safer investment.
Lastly
it's easier to use Sony's RAW file, which have the support of Capture one
software, whilst the Fuji's RAW is somewhat more cumbersome to edit, and their
users seems to be more content with the JPEG coming out of Fuji, as noted in
the quote bellow.
I know the arguments for shooting 100% RAW and converting later in post. Heck, I’ve made them. But I also used to advocate for computers made by Atari, for cassette decks made by Sony and Laser Discs made by Pioneer. Things change. Technology changes. Back in the day I didn’t have a Fuji X-T1, Fuji X-T10 or a Fuji X100T. And TODAY the ability to see the image in the camera, the way I want it to look (and be done with it) is mind-blowing. Try converting your Fuji RAW files in the camera. You might be surprised at the results.https://weshootfuji.com/2015/07/30/the-absolutely-best-fuji-raw-raf-file-converter-is/
Salam kenal
ReplyDeleteSelamat Pagi
review yang sangat bagus dan detail
tlg tanya lebih worth mana sony a7 II dengan dslr nikon d 750
karena harga hampir sama , cuman body lebih berat nikon
problem juga lensa lebih banyak nokpn
apakah pemakain lensa sigma/nikon yg full frame di sony a7 menggunakan adapter tidak mengurangi hasil fotonya ? daripada menggunakan lensa ff sony sendiri atau hasilnya ke crop kalau menggunakan lensa sigma yg ff
terima kasih
Harmanto
selamat pagi
Deletekalau saya lebih cocok dengan mirrorless, karena bisa terima semua lensa asal ada adapternya.
D750 banyak batasan untuk lensa yang bisa dipakai di bodynya, biasanya kepentok mirror dan tidak bisa dapat infinity. Canon masih lebih mudah terima lensa mount lain.
Kebutuhan tiap orang bisa beda ya, saya malah sukanya dengan A7r dibanding A7II karena tidak butuh peningkatan AF nya, lebih senang A7r karena faktor tidak adanya AA Filter, jadi hasil fotonya lebih tajam. Kalau butuh AF, A7ii menurut saya masih belum bisa saingi D750
Adapter ada pengaruhnya ke performa lensa, tapi biasanya tidak banyak. Saya hanya merasa satu lensa yang lebih bagus hasilnya di Canon 6D dibandingkan A7, Sigma 35mm Art
Hai! Pas bgt nemu review mengenai perbandingan antara sony dan fuji. Kebetulan saya sedang berniat membeli mirrorless, tapi masih bingung antara sony A5000 atau Fuji XA2, dan saya pemula bgt. Mohon saran nya ya better mana atau mungkin ada recomendasi lain :)
ReplyDeletengga jauh beda di antara keduanya, tinggal suka hasil body + lensa yang mana
Deletebisa baca-baca di post ini untuk lengkapnya :
http://www.foodgrapher.com/2015/07/pilih-mana-fuji-vs-sony.html
Dear Alberth
ReplyDeleteTerima kasih atas sarannya brother Alberth
ok kalau gitu sy lebih condong ke yg A7r
Thanks Gbu
nice
ReplyDelete