Fuji X Pro1
In Pursuit of Perfection
Demikianlah judul yang bisa anda temui di website Fuji X-Pro1
Setelah dua dekade kemunculan Digital SLR, sekarang mulai berkembang segmentasi SLR baru yang menyerupai rangefinder (leica).Leica M9 : http://www.dpreview.com/news/2011/6/21/leicam9p
Jenis sistem kamera ini ialah Mirrorless DSLR yang pertama dipopulerkan duo Olympus dan Panasonic,dengan Olympus Pen dan Panasonic tipe G1.
Sekarang semua produsen ternama kecuali Canon sudah memiliki SLR mirrorless pada jajaran produknya.
Panasonic G1 |
Olympus EP1 |
Info tambahan, DSLR pertama diproduksi bukan oleh Nikon, Canon atau Fuji, tapi oleh Kodak, yang sekarang sedang berjuang mengatasi kebangkrutan.
Ini dia DSLR pertama yang tersedia secara umum, Kodak DCS-100, resolusi 1.3 Megapixel
Kodak DCS-100 (tahun 1991) |
Selama ini kebanyakan kamera mirrorless DSLR menyasar segmentasi pengguna kelas amatir/ penghobi, atau dengan kata lain selain fotografer profesional (yang pekerjaannya terkait langsung fotografi).
Kebanyakan mirrorless DSLR memiliki spesifikasi turunan dari DSLR dan dipersenjatai aksesori dan fitur yang mengutamakan kemudahan pemakaian dan estetika.
Fujifilm menyadari ketatnya persaingan di segmen tersebut dan membuat gebrakan tersendiri dengan menghadirkan mirrorless DSLR yang memenuhi kebutuhan advance amateur atau sekaligus professional photographer.
Berikut fitur utamanya :
- Fujifilm-designed 16MP APS-C X-Trans CMOS sensor
- Novel colour filter array to suppress colour moiré, no optical low-pass filter
- EXR Processor Pro image processor
- Dual-magnification hybrid optical / electronic viewfinder
- Analogue dials for shutter speed and exposure compensation on top of camera
- All-new, fully electronic X lens mount; 17.7mm flange-to-sensor distance
- Three 'XF' lenses at launch: XF 18mm F2 R, XF 35mm F1.4 R, and XF 60mm F2.4 R Macro
- Prime lenses have traditional-style aperture rings (1/3 stop increments) and large manual focus rings
- Revised rear-panel control layout
- On-screen 'Q' control panel and redesigned tabbed menu system
- Focal-plane shutter, 1/4000 sec max speed
- 3.0" RGBW 1.23M dot LCD
Berbeda dengan kebanyakan pesaingnya, X-Pro1 bukan diperuntukkan untuk pengguna kamera yang beranjak dari jenis pocket digicam, tapi merupakan mirrorless camera dengan fitur dan kelengkapan yang menyetarai DSLR konvensional.
Apa saja kelebihan Fuji X-Pro1
- Penggunaan viewfinder hibrida :
Pada X-Pro1 digunakan viewfinder hibrida, bagaimana bisa tanpa mirror ada optical viewfinder? sebetulnya ini adalah sebuah sistem sederhana yang dipakai Fuji. Karena tidak ada cermin untuk memantulkan citra dari lensa ke viewfinder, maka untuk optical viewfinder dibuatlah satu jendela bidik langsung dari belakang kamera ke depan, tanpa berurusan dengan lensa.
Berikut ilustrasi untuk menggambarkan cara kerja Hybrid viewfinder ini :
Sedangkan
untuk mode EVF(electronic viewfinder) menggunakan tampilan dari sensor,
serupa live view pada LCD kamera DSLR seperti Canon EOS 600D atau Nikon
D5100, atau mirrorless SLR lainnya. Perubahan mode ini menggunakan
switch yang terdapat di bagian belakang body kamera.
- Sensor X-Trans CMOS
1. lensa ; 2. low pass filter ; 3. sensor |
Tanpa low pass filter berarti cahaya langsung masuk dari lensa (1) ke sensor (3).
Untuk penjelasan mengenai Low Pass filter bisa dibaca di : Anti Alias filter?
- Lensa XF
Fuji di sini memilih jalur berbeda dengan menyediakan 3 buah lensa Fixed, XF 18mm F2 ; XF 35mm F1.4 ; XF 60mm F2.4 macro
Penggunaan lensa fixed berarti mengutamakan ketajaman/resolusi/hasil foto dibandingkan kemudahan foto dengan lensa zoom. Di sini Fuji sepertinya tidak berniat berkompetisi dengan DSLR sekalipun, tapi langsung menyasar pangsa pasar Leica.
Keunggulan desain lensa XF dan mountnya ini ialah dekatnya jarak antara lensa dan sensor (back focal length), kedekatan jarak ini di klaim fuji akan membuat kehilangan dari volume cahaya ke sensor akibat jarak, menjadi minimal.
Pertanyaannya ialah apakah strategi ini akan berhasil?
Sepertinya inilah kamera 'compact' yang selama ini saya tunggu-tunggu.
Sejak era resolusi 16-18MP pada DSLR APS-c, memang sangat terasa faktor terbatasnya image quality dengan lensa yang tersedia, sepertinya desain lensa yang ada tidak mampu lagi mengikuti besarnya resolusi sensor. Filosofi desain X-Pro1 yang mengutamakan optimalisasi hasil foto ini bagaikan angin segar.
Inilah alternatif sistem kamera untuk para pengguna kamera, baik DSLR maupun mirrorless SLR yang selama ini memakai lensa fixed, bahkan kadang berburu lensa tua manual + adapter untuk dipasangkan pada body DSLR/ MDSLR nya demi hasil foto maksimal.
Harapannya ialah sistem ini dapat menghasilkan hasil yang memukau, dengan harga yang tidak jauh berbeda dengan DSLR konvensional, niscaya mimpi saya untuk menimang Rangefinder setara Leica M9 ( $7,995 Body Only) bisa terwujud :).
Das Kamera ist teuer (kamera ini mahal) |
Update : dari CES Las Vegas, Fuji memberikan perkiraan harga untuk body X-Pro1 : $1700, lensanya sekitar $650
Dengan harga demikian sepertinya Fuji X-Pro1 bakal bersaing dengan DSLR Full Frame seperti Canon EOS 5D Mk II, Nikon D700 dan Sony A850 yang harganya di kisaran $2000. Dengan sensor APS-C sepertinya bakal sulit kalau ingin menarik pengguna DSLR konvensional, karena di harga sama, full frame DSLR menjanjikan feature, sistem dan Image Quality yang bakal sulit disaingi oleh Fuji X-Pro1.
Ceruk pasar yang akan diisi oleh X-Pro1 adalah pasar niche yang sama dengan Leica, atau mungkin pengguna full frame DSLR yang membutuhkan second body yang ringan tapi dengan hasil terbaik.
Update 2 : Fuji akan mengeluarkan kamera serupa X-Pro1 dengan harga yang lebih ekonomis
Meanwhile, the company hinted the X-Pro1 will be accompanied by at least one less expensive model.
sumber : http://www.dpreview.com/news/2012/01/12/Fujifilmupdate
Update Juli 2012
Review Fuji X Pro1 bisa dilihat di : http://www.dpreview.com/reviews/fujifilm-x-pro1/
Sesuai dugaan semula, penggunaan teknologi sensor baru menghasilkan hasil yang lebih minim noise dan tajam dibanding DSLR APS-C
Harga Kit dengan lensa 35mm F1.4 adalah sekitar Rp 23.500.000
sedangkan lensa tambahannya, 18mm sekitar Rp 6.000.000
terlalu mahal menurut gw, orang lebih pilih ambil DSLR, mending di nex ato olympus mirorles kalo mau dipilih, kalo mau go pro with this juga gw rasa kurang max, tanggung2 mending duit buat beli lensa.
ReplyDeleteYup setuju, karena itu saya lebih milih beli Full Frame daripada ambil Fuji, terlepas dari seberapa bagus hasil, urusan performance rasanya masih kalah
ReplyDelete