Pasar Jagir Wonokromo & Uji Lensa Manual
Surabaya Famous Wet Market - Captured With Vintage Leitz , Isco & Industar Manual Lens
Laughing Fish Seller - Pasar Jagir Wonokromo (Surabaya) |
Akhir-akhir ini saya
lagi demen mencoba berbagai lensa manual untuk dipasangkan di Sony A7. Karena
kamera mirrorless tidak memakai cermin, jadi semua lensa-lensa manual / kuno bisa
dipasangkan dengan mudahnya ke Sony A7, baik lensa rangefinder, Slr, hingga
medium format.
Kemudahan
memakai lensa vintage ini juga dinikmati pengguna kamera mirrorless lainnya
seperti Panasonic, Olympus dan Fuji, tapi focal lengthnya menjadi lebih panjang
1.5 - 2x karena sensor yang digunakan lebih kecil dibandingkan seri A7 yang
full frame.
Berikut
beberapa hasil fotonya di Pasar Induk Surabaya ini.
My hobby of late has been about trying
vintage manual lenses on my sony A7. Since mirrorless camera omits dslr
mirrors, it's much easier to find suitable adapters for vintage lenses, be it
rangefinder, SLR or even medium formats, all can be easily adapted to work on
Sony A7.
This benefits are also felt on other mirrorless cameras, which popular brands include Panasonic, Olympus and Fuji. The focal length of the lenses are 1.5 - 2x longer on those brands since they uses smaller format sensors such as APSc and micro 4/3 in comparison to A7 series full frame sensor (35mm).
Industar 61 - 53mm f/2.8
A7 with Industar Lens (taken from : www.dcfever.com) |
Fisik lensa vintage
ini lebih kecil dibandingkan dengan lensa E mount Sony dan Canon EF yang selama
ini saya pakai. Biasanya saya tidak pernah foto street shot karena hal itu,
berhubung gedenya ga karuan, sangat susah mau mengambil foto tanpa memancing
perhatian subyek yang difoto.
This vintage lenses are considerably smaller
in comparison to the Sony E mount and Canon's FE Mount lenses that I own, even
with the adapters they still feel compact and light weight.
Having this lenses to play with has led me to try street photography for the first time, a feat I hadn't had the chance to do since my gigantic sized lenses always attracts the attention for the people I'm trying to take candid of.
Having this lenses to play with has led me to try street photography for the first time, a feat I hadn't had the chance to do since my gigantic sized lenses always attracts the attention for the people I'm trying to take candid of.
Pasar Jagir Wonokromo |
Pasar Jagir ini termasuk salah satu pasar yang paling sesak dan relatif kurang bersih, jadi untuk yang jarang ke pasar, lebih baik coba pasar yang lebih bersih dan buka siang supaya tidak kaget.
Kebanyakan
yang belanja di sini adalah pelaku usaha kuliner, seperti katering, hotel depot
dan tempat makan lainnya.
This is one of the biggest wet market in
Surabaya, but it's also the least hygienic. If you seldom go to a wet market,
I'd advise you to get used to the ambiance of wet market first, in other
cleaner day-market instead of Pasar Jagir.
The kind of offering and pricing is suitable
for re-sellers and culinary industry, since the price is quite good, but the
ambiance is down right nasty.
Surabaya Wet Market |
Chicken Feet up in the air / Ayam Tari Kecak - Pasar Jagir Wonokromo (Surabaya) |
Di Pasar ini hampir
semua jenis daging dan sayur bisa ditemukan, ada juga produk olahan seperti mie
dan sosis, tapi jenisnya tidak ada yang premium. Sosisnya jenis yang biasanya
dijajakan untuk gorengan di beberapa sekolah, warnanya tidak terlalu natural.
You can find almost all fresh ingredients in
this market. There's also some processed food, but they're a bit dodgy. You
wont find a decent sausage or other supermarket delicacies here, instead you
get the bizaro counterpart, such as an off color sausage and such.
Vegetables - Pasar Jagir Wonokromo (Surabaya) |
Seafood Display - Wet Market Wonokromo (Surabaya) |
Surabaya Wonokromo Wet Market |
Pedagang Daging Sapi - Pasar Jagir Wonokromo (Surabaya) |
Harga daging sapi di
sini berbeda cukup banyak dibanding supermarket, saat harga daging sapi di
Supermarket per kg Rp 160.000, di sini berkisar Rp 120.000.
Kalau
belinya hanya sedikit dan ingin dipotongkan secara khusus, bakal lebih cocok ke
supermarket daripada ke sini, tapi kalau untuk resto dan pengusaha kuliner,
penghematannya bisa lumayan karena belinya bisa berkilo-kilo.
This place is suitable for those who buys on
bulk, and doesn't mind a considerable discomfort while shopping for groceries.
For an example, when a kg of beef costs Rp 160.000 on supermarket, here you can
get it for just Rp 120.000. That being said, you'll lose the convenient of
having your supermarket butcher cut your meat to your liking.
Surabaya Wonokromo Wet Market |
Lensa ini cukup bagus performa
dalam bukaan terbesarnya, ketajaman dan kontrasnya baik, serta tidak mudah
mengalami flare.
This lens performs quite nice wide open, with decent sharpness and contrasts, and easily avoid flares.
This lens performs quite nice wide open, with decent sharpness and contrasts, and easily avoid flares.
Surabaya Wonokromo Wet Market |
Isco Grotingen 50mm f/2.8
Sony 28mm - Isco Gottingen 50mm F2.8 with Adapter - Industar 61L |
Usus Ayam / Chicken Innards - Pasar Jagir Wonokromo (Surabaya) |
Beli Lombok - Pasar Jagir Wonokromo (Surabaya) |
Isco Gottingen ini
ukurannya mirip dengan industar di atas, tapi dengan menggunakan adapter M42
(lensa ulir) yang ukurannya hampir sama dengan lensanya, menjadikan ukurannya
saat tertancap di kamera terasa lebih besar dibandingkan Industar 61, walaupun
sama ringannya.
Hasilnya tidak jauh berbeda dengan Industar, dengan kontras yang lebih rendah dan rendering yang cocok untuk portrait.
Hasilnya tidak jauh berbeda dengan Industar, dengan kontras yang lebih rendah dan rendering yang cocok untuk portrait.
Isco Gottingen lens is almost the same size
as the industar, as you can see from the photo above. It is still in it's
original M42 mount, I have to use the M42 to Nex (A7) adapter which makes the
final size larger, albeit still very light weight.
It performance is on par with the Industar,
with the Industar leading in contrast, while the Isco seems to have the edge
for smoot rendering, suitable for dreamy portraiture.
Menimbang Udang - Pasar Jagir Wonokromo (Surabaya) |
Leitz Colorplan 90mm f/2.5
Pasar Jagir Wonokromo (Surabaya) |
Leitz Colorplan ini
awalnya adalah lensa proyektor dari Leica. Berhubung lensa proyektor, maka
tidak bisa focus dan tidak bisa rubah aparture. Tapi dengan sedikit oprek, bisa
diberi helicoid untuk mengatur focus, sayangnya untuk aparture tidak bisa.
Leitz Colorplan is originally a projector
lens made by Leica. Being a projector lens, it doesn't have the ability to
focus nor change aperture, but with a bit of ingenuity, you can modify the lens
to focus, making it usable as a camera lens.
Leitz Colorplan 90mm f2.5 on Lumix (taken from : http://f.ptcdn.info/541/016/000/1394434319-SAM2620JPG-o.jpg) |
Belanja Bumbu Dapur - Pasar Jagir Wonokromo (Surabaya) |
Pedagang Sayur - Pasar Jagir Wonokromo (Surabaya) |
Pedagang Buah - Pasar Jagir Wonokromo (Surabaya) |
Bakul Sayur - Pasar Jagir Wonokromo (Surabaya) |
Papaya - Pasar Jagir Wonokromo (Surabaya) |
Seperti bisa dilihat
di foto-foto di atas, hasil lensa satu ini cukup menawan, mirip dengan Leica
Elmarit 90mm f2.8 kata sebagian orang. Tentunya untuk masalah hasil tetap lebih
bagus lensa Leica Elmarit tersebut, karena yang satu diutamakan untuk kamera
sedangkan Leitz Colorplan sendiri adalah lensa proyektor yang dimodifikasi.
As you can see from the above shots, this
lens has a pretty nice rendering. Similar to Leica Elmarit 90mm f2.8 some would
say. Of course a genuine camera lens such as the Elmarit would yield a better
result since the Colorplan is just a modified projector lens, albeit with leica
subtleties.
Worst Case Scenario Example - Leitz Colorplan 90mm F2.5 |
Kelemahan pertama dari
lensa Leitz Colorplan adalah tidak adanya aperture blade, jadi lensanya hanya
bisa digunakan wide open di f/2.5.
Kelemahan berikutnya ada di coating yang digunakan. Berhubung lensa proyektor biasanya digunakan untuk proyeksi film saja, maka faktor flare tidak diperhitungkan. Alhasil kalau lensanya dipaparkan pada kondisi rawan flare, hasilnya seperti di atas
Kelemahan berikutnya ada di coating yang digunakan. Berhubung lensa proyektor biasanya digunakan untuk proyeksi film saja, maka faktor flare tidak diperhitungkan. Alhasil kalau lensanya dipaparkan pada kondisi rawan flare, hasilnya seperti di atas
A few of cons for using Leitz Colorplan in
comparison to Leica Elmarit are the lack of aperture blade, and the inferior
coating.
Without aperture blade, the lens can only be used at wide open f2.5.
Without aperture blade, the lens can only be used at wide open f2.5.
The inferior coating (or complete lack of
them) means that the lens have much worse tolerance to flare, as you can see
from the above photo.
Sigma 15mm
Pete - Pasar Jagir Wonokromo (Surabaya) |
Pasar Jagir Wonokromo (Surabaya) |
Pasar Jagir Wonokromo (Surabaya) |
ReplyDeletepermisi mas, kalo beli helicoidnya dimana ya?
saya belinya sudah termasuk helicoid
Delete